Tenangkan Hati

Bangun pagi ku sungguh gusar. Jantung terasa deg-deg’an kuatir terjadi Hal yang tidak mengenakkan. Takut!

Teringat ayat saat ibadah minggu, “Aku menyertai kamu..” ya kurang lebih itu yang kuingat, sebenarnya itu ayat yang didapat mamaku.

Sudah sore, dan aku kembali gusar. Dalam perjalananku pulang dari kantor, terasa ku harus menangis, entahlah, seperti keharusan. kalau tidak menangis? ya tidak bisa!

Teringat dengan kehidupan di pemukiman sekitar pasar tanah abang, mereka yang tinggal di petak kecil kurang lebih berukuran 2×2.5m di pinggir parit yang sangat bau.

Lalu, kenapa aku harus menangis? kujawab, ya seperti nya bukan harena harta benda, ini seperti tentang bagaimana ku bisa tenang kalau sulit sekali kabur dari perasaan tak menentu ini, gusar, kuatir, takut…

Kucoba melihat pemandangan sekitar yang mungkin mengalihkan perhatianku, tetap saja aku masih merasa kalut.

Lalu kumenangis saja, air mata keluar tapi tetap ku tahan agar tidak sampai terjatuh. Sedikit lega.

malamku sebelum tidur, kusampaikan pada-Nya: “ayat yang kudapat di ibadah minggu kemaren bilang segala sesuatu mungkin bagi-Mu”

Tenang